Wednesday, December 7, 2011

Bayi Kurang Gizi, Daya Kognitif Berkurang

Anak-anak yang pada masa usia mulai nol hingga lima tahun harus mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya, karena kurangnya salah satu unsur saja akan membuat pertumbuhan mereka terganggu.
Salah satu unsur itu misalnya zat besi. Apabila anak-anak menerima asupan makanan dengan tingkat kandungan zat besi yang rendah maka berakibat terjadinya defisiensi pada otak (berkurangnya kemampuan kerja otak), walaupun mereka memperoleh penanganan medis sejak awal, demikian dilaporkan oleh para peneliti Amerika.
Hasil penelitian terhadap 185 remaja Costa Rica menunjukkan bahwa mereka yang pada masa usia balita mengalami kekurangan zat besi pada nutrisinya semasa lima tahun pertama dalam kehidupan mereka, tak pernah lulus tes daya ingat dan daya kemampuan belajar, dan semakin besar kekurangan zat besi pada nutrisi yang diperolehnya pada usia hingga lima tahun maka semakin buruk pula kondisinya bersamaan dengan bertambahnya umur mereka.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Pediatri dan Remaja memperlihatkan betapa pentingnya nutrisi pada usia awal sejak bayi hingga lima tahun, demikian para peneliti melaporkan.
"Apabila dampak langsung dan tak langsung dari kekurangan unsur zat besi yang mengakibatkan terganggunya atau tertundanya perkembangan dasar otak maka dapat terjadi efek 'bola salju' (semakin lama semakin parah)," kata Dr. Betsy Lozoff dari the University of Michigan di Ann Arbor, yang memimpin penelitian.
Lozoff dan rekan-rekannya yang didanai oleh Lembaga Kesehatan Negara (AS) mempelajari 185 anak sejak berusia satu tahun.
Anak-anak tersebut diperiksa pada kunjungan pertama mereka untuk mengetahui seberapa besar kekurangan zat besi yang mereka derita dan diberikan tes kognitif (kemampuan berpikir) secara berkala sesuai dengan usia mereka untuk mengetahui kemampuan mereka dalam hal belajar, berpikir dan mengingat.
Balita yang menerima nutrisi dengan kandungan unsur zat besi dengan tingkat yang rendah diberikan asupan makanan tambahan namun kadar besi tersebut tak dapat membuat kemampuan daya otak mereka ketingkat normal bahkan pada bayi-bayi yang didiagnosa anemia (kasus kekurangan zat besi yang sering terjadi)
Para peneliti kemudian membandingkan 53 bayi dengan defisiensi (kekurangan) zat besi kronis dengan 132 bayi-bayi normal.
Diantara anak-anak balita yang berasal dari keluarga dengan strata sosial menengah perbedaan kemampuan kognitifnya tidaklah tajam mulai dari masa bayi hingga mencapai usia remaja.
"Namun pada anak-anak balita dari keluarga dengan tingkat sosial rendah terlihat meningkatnya perbedaan ketidak-mampuan kognitif mereka seiring dengan pertambahan usia mulai dari angka 10 pada usia balita dan menjadi angka 25 pada usia 19 tahun, demikian dilaporkan peneliti dari Universitas Michigan tersebut.
Seperlima dari dua puluh lima persen anak di dunia menderita defisiensi zat besi dalam kasus anemia yaitu kondisi dimana kurangnya zat besi yang menimbulkan masalah dengan sel darah mereka.
Hasil penelitian yang kedua yang juga dimuat pada jurnal yang sama menemukan bahwa anak-anak yang minum susu formula dari botol setelah usia satu tahun cenderung untuk mengalami defisiensi zat besi dibandingkan dengan anak-anak yang juga minum susu formula dengan usia sama namun minum dari gelas.
Dr. Trenna Sutcliffe beserta rekan-rekannya dari the University of Toronto memantau dan mengetes sebanyak 150 anak-anak yang sehat dengan kisaran usia 12 hingga 38 bulan yang minum susu formula.
Mereka menemukan 37 persen anak-anak yang minum susu formula dari botol dan 18 persen yang minum susu sapi dari gelas, tingkat zat besi dalam nutrisi mereka sedikit agak rendah dari yang dibutuhkan.
"Botol susu tersebut agaknya menjadi alat yang menyebabkan konsumsi susu formula yang berlebihan sehingga anak-anak yang sudah kenyang akan asupan susu formula akan menolak untuk makan makanan lainnya yang mempunyai kandungan zat besi yang tinggi," demikian seperti dilaporkan para peneliti.

No comments:

Post a Comment